Daily Archives: August 2, 2011

Warna-warni Ramadhan @hari2 : di Atas Sajadah

Standard

Ramadhan ceria ^_^

Hari ini pun Alhamdulillah diberikan kesempatan menghirup udara.. merasakan balutan cinta-Nya dalam detik-detik Ramadhan yang penuh makna..

Berbuka di Masjid Mardhiyah, tepat di sebelah Rumah Sakit Sardjito. Shalat Maghrib kali ini dalam kegelapan! alias lampu yang mati. Memang bukan sengaja dimatikan, melainkan nge-jegleg (sepertinya). Jama’ah yang sempat panik sejenak pun akhirnya tunduk dalam kekhusykan sholat setelah takbiratulihram sang imam dikumandangkan…

Di tengah gelap, ada hati-hati yang menyala.. Ada doa-doa yang berkilau bak mutiara.. Bertaut menjadi satu.. terpanjat ke langit tertinggi yang sedang membentangkan pintunya lebar-lebar..

(Seperti biasa.. suasana seperti ini membuatku ingin berpuisi ^_^)

Waktu berlalu merdu, kulangkahkan kaki bersama tiga mbak kost-ku menuju Masjid al-Mustaqim yang berjarak kurang lebih 40 meter dari gerbang kost. Masjid berdinding, berlantai, dan beratap warna hijau itu terasa sejuk seperti biasanya. Isya menjelang, semuanya tenggelam khusyuk dalam shalat.. hanya sesekali saja terdengar suara anak-anak kecil yang bermain di bagian belakang masjid.. nostalgia masa lalu..

Sajadah-sajadah berderet rapi. Rapat, berwarna-warni. Ada yang tebal, ada juga yang hanya selembar.

“Bagaimana menjadikan shaum kita agar tidak sia-sia…. Pertama….”

Sembari mendengar suara sang penceramah yang penuh semangat, kutatap dalam-dalam sajadah yang rapi berjajar di hadapanku. Biasanya, setiap tarawih ataupun shalat subuh berjama’ah di masjid ini, masing-masing jama’ah akan membawa sajadah pribadinya. Begitu masuk masjid, dihamparkanlah sajadah itu diatas karpet motif sajadah yang memang sejak awal terdapat di dalam masjid.. rapat dengan sajadah-sajadah yang sudah berjajar sebelumnya.. siap untuk beribadah!

“…..Sejak kapan ya.. orang-orang mulai memakai sajadah untuk shalatnya…?”

Pertanyaan yang belum pernah terbersit dalam hidupku sebelumnya. Sepertinya ia pendatang baru! “si polos”

Dulu Rasulullah dan para sahabat ketika shalat di atas pasir, digunakan alas untuk menjaga agar wilayah sholatnya tetap bersih. Kadang juga digunakan kain syal atau penutup leher. Memang sudah biasa sejak zaman dahulu, jadi tak lagi dipertanyakan (apalagi diperdebatkan) tentang penggunaan sajadah ini. Kini pun fungsinya tak berubah. Sebagai alas agar bagian-bagian badan kita saat sholat tetap dalam keadaan bersih.

Tapi jika kuperhatikan, ada satu fenomena yang unik.. yang terjadi di tengah masyarakat..

Ketika sajadah itu dibentangkan, ia  menjadi seolah wilayah teritori baginya untuk beribadah tepat di atas sajadah tersebut. Lalu kenapa? Jikalau sajadah itu langsing, mungkin tak akan terjadi sela yang bermakna kala berdiri hendak menegakkan shalat. Tapi jika sajadah itu tipe lebar… saat berdiri, akan terjadi celah sekian puluh sentimeter antara jama’ah satu dengan sebelah-sebelahnya.. hmm..

“…untuk jama’ah putri.. silakan luruskan dan rapatkan shafnya.. karena itu merupakan kesempurnaan pelaksanaan shalat…”

Biasanya sang imam akan berujar demikian sebelum shalat dimulai.. kemudian para jama’ah pun merapat perlahan.. meski masih ada sedikit celah di shaf, aku berharap semoga barisan ini semakin rapi.. semakin rapat.. persaudaraan yang dibangun atas dasar Iman, kesatuan yang terjalin ditengah keberagaman,, itulah kita.. masing-masing dengan warna terbaiknya,,

Berawal dari atas sajadah.. di atas sajadah.. dimana tengah terjadi peristiwa maha dahsyat.. komunikasi antara para hamba dengan Rabbnya.. di atas sajadah itu kita berbaris rapat tanpa sekat.. kebaikan pribadi bermetamorfosis menjadi kebaikan bersama.. kebaikan berjama’ah yang berkali lipat ganjarannya..

Bahkan.. Sang Singa -raja padang savanna di Afrika- pun lebih sering berhasil mendapatkan buruannya bukan dengan serangan tunggal.. melainkan dengan kerjasama..